Senin, 22 November 2010

Akuntansi Profesional dalam Kepentingan Publik ; Pasca-Enron

Akuntansi Profesional dalam Kepentingan Publik ; Pasca-Enron
KASUS ENRON
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Pada saat itu rantai distribusi gas dari produsen ke konsumen sangat diatur oleh pemerintah (Amerika). Pemerintah menentukan pagu harga tertinggi gas alam yang merupakan harga yang digunakan produsen untuk menjual gas alam ke perusahaan pipa. Tingkat harga yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan yang dibebankan perusahaan lokal kepada konsumen eceran juga diatur pemerintah berdasarkan biaya-plus (cost-plus). Akibat aturan-aturan ini, inovasi menjadi sangat kecil di bidang penyaluran gas ini.
Pemerintah Amerika kemudian melakukan deregulasi yang menyebabkan pasar menjadi semakin efisien, tetapi harga gas menjadi sulit diprediksi. Akibatnya, sebagian besar gas alam dijual dengan kontrak 30 hari. Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau pencipta pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut. Aktivitas ini melibatkan perjanjian jangka pendek yang ditandatangai Enron untuk membeli gas dari beberapa produsen, menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian menawarkan komitmen harga jangka panjang kepada perusahaan lokal. Pada dasarnya Enron menempatkan diri sebagai mediator dan menawarkan diri untuk menanggung risiko harga untuk mendapatkan sejumlah imbalan. Dengan kata lain, Enron telah melakukan transformasi aktivitas perusahaan dari perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa keuangan dan perdagangan. Pada tahun 2000 Enron telah menjadi pencipta pasar untuk listrik, minyak dan kertas. Bahkan Enron telah menawarkan derivatif cuaca (weather derivative), yaitu asuransi laba terhadap cuaca, seperti musim dingin yang tidak biasa sehingga permintaan pelanggan turun. Pada tahun 2000 ini segmen Jasa Penjualan yang menawarkan jasa keuangan dan perdagangan ini telah jauh melewati bisnis pipa tradisionalnya.
Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accunting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron. Akibatnya, pada 2 Desember 2001, Enron memohon untuk dinyatakan bangkrut.
2.1 Masalah yang terjadi
2.1.1 Special Purpose Vehicle (SPV/SPE) & Laporan Konsolidasi
Suatu perusahaan harus menentukan apakah mengerjakan suatu pekerjaan sendiri atau menyewa pihak lain (outsourcing). Asset yang digunakan dengan cara menyewa tidak perlu dimasukkan ke dalam neraca. Akibatnya, hal ini sering disebut off-balance-sheet financing atau pendanaan diluar neraca. Contoh transaksi yang paling umum digunakan adalah sewa guna usaha.
Perusahaan dapat mendirikan perusahaan kecil yang terpisah, yang bertugas melayani kebutuhan outsourcing ini. Perusahaan kecil ini yang disebut sebagai SPE. Untuk keperluan akuntansi, SPE dapat merupakan perusahaan yang terpisah dan independen, sehingga tidak perlu dikonsolidasi dengan perusahaan induknya.
Berkaitan dengan Enron, beberapa SPE yang dibentuknya tidak independen, karena dimiliki dan dikelola oleh CFO Enron. Selain itu, ada beberapa transaksi yang tidak mungkin dilakukan antara Enron dengan pihak independen, seperti menjual dan membeli aktiva saat melaporkan posisi keuangan.
Berikut ini ilustrasi pendanaan diluar neraca: PT A membutuhkan gedung seharga 100 juta. PT A tidak ingin pinjaman uang untuk keperluan tersebut tercatat di neracanya. Maka PT A mendirikan SPE dengan modal 3 juta dari investor pribadi diluar PT A serta 97 juta pinjaman dari bank. SPE tersebut kemudian menyewakan (operating lease) gedung tersebut ke PT A. Maka PT A dapat menggunakan gedung tanpa perlu menyajikan hutang 100 juta di neracanya. Supaya SPE tidak harus dikonsolidasikan dengan PT A, maka syaratnya adalah (sesuai EITF 90-15):
• Pendanaan pihak luar di equity adalah 3%
• Utang yang ditandangani bersama antara induk dan SPE bukan bukti kuat bahwa SPE adalah tidak independen.
• SPE yang hanya memiliki transaksi dengan induk, bukan merupakan bukti kuat bahwa SPE tersebut tidak independen.
2.1.2 Conflict of Interest
Kasus Enron menyeret pula KAP Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini wajar tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberikan jasa konsultasi mengenai pembentukan SPE-SPE tersebut diatas.
2.1.3 Ethical Issue
KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal. Selain itu, jika Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan pengadilan berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang dimusnahkan. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.
2.2 Dampak Pada Profesi Akuntansi
2.2.1 Sarbanes Oxley Act
Akibat dari dari kasus Enron dan Arthur Andersen, pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:
• mendaftarkan KAP yang mengaudit perusahaan publik
• menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik
• menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan sanksi jika perlu
• melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di KAP
• meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2.2.2 Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam SOX
Berikut ini beberapa perubahan yang ditentukan dalam SOX sebagai akibat dari dampak kasus Enron:
• Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non-audit kepada perusahaan yang di-audit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non-audit yang dilarang:
1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3. Jasa appraisal dan valuation
4. Opini fairness
5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
6. Broker, dealer, dan penasihat investasi
• Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
• Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
• KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakukan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
• KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
Berkaitan dengan pemusnahan dokumen, SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut.
Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
PENDAHULUAN
Ketika bencana Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom memacu dibuatnya Undang-undang Sarbane-Oxley pada 2002 (SOX), maka terbentuklah era baru ekspektasi stakeholder untuk dunia bisnis dan terutama untuk akuntan profesional yang melayaninya. Pengalihan peran akuntan profesional dari pelayan publik menjadi seorang usahawan dipertanyakan dan sebaliknya. Prinsip bahwa ekspektasi baru dimunculkan dan diperbarui menghasilkan perubahan dalam bagaimana akuntan profesional berperilaku, layanan apa yang ditawarkan, dan standar kinerja seperti apa yang harus dipenuhi. Standar-standar tersebut akan disertakan juga dalam struktur pengelolaan yang baru dan dalam mekanisme panduan yang memiliki komponen domestik dan internasional. Pengaruh dari Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) dan Federal Akuntan Internasional (IFAC) akan sama pentingnya dengan pengaruh SOX dalam jangka panjang.
PEMBAHASAN
☺KERANGKAKERJA PENGELOLAAN DAN AKUNTABILITAS EKSPEKTASI STAKEHOLDER
Dampak dari bencana Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom sama-sama menghasilkan krisis kredibilitas untuk komunitas bisnis, pasar modal dan pelaporannya, dan untuk akuntan profesional yang menjadi bagian dari masalah tersebut. Publik menginginkan kembali ke kredibilitas yang dibangun di atas kepercayaan, integritas, transparansi pelaporan, dan seterusnya. Jawabannya muncul lewat dibentuknya SOX, yang mengharuskan komisi sekuritas dan bursa efek (SEC) membuat regulasi yang menciptakan reformasi pengelolaan baik untuk korporasi maupun profesi akuntansi.
Reformasi mengharuskan bisnis lebih terbuka dalam akuntabilitas kepada publik yang berinvestasi, dan mengharuskan akuntan profesional untuk ingat lagi bahwa mereka adalah profesional yang diharapkan melindungi kepentingan investor dan stakeholder lainnya. Akuntan profesional tidak diharapkan terlibat dalam kekeliruan dalam usaha membantu manajemen, atau menghindari resiko kehilangan penerimaan audit – atau kehilangan pekerjaan mereka jika mereka adalah karyawan.
Di saat yang sama, perhatian para stakeholder non-investor seperti pelanggan, karyawan, atau ahli lingkungan merupakan halangan serius bagi peraihan tujuan korporat. Rusaknya reputasi karena masalah etis diakui sama penting dan sama berpotensi fatalnya seperti pada kasus Arthur Andersen.
Oleh karena itu, baik bisnis maupun akuntan profesional mengakui bahwa keberhasilan mereka di masa mendatang bergantung pada pemenuhan regulasi baru, dan pada pemenuhan ekspektasi etis dari stakeholder. Mekanisme pengelolaan baik untuk bisnis maupun profesi akuntansi sekarang harus bisa memberi kepastian bahwa ekspektasi ini bisa terpenuhi.
☺ Rededikasi Peranan Akuntan Profesional
Untungnya, bencana Enron, Arthur Andersen dan WorldCom telah menyadarkan para akuntan profesional bahwa loyalitas utama mereka adalah kepada kepentingan publik. Rededikasi kepada kepentingan publik ini sangat penting. Kecuali akuntan profesional telah jelas dan tepat memahami peranan mereka, mereka tidak bisa secara konsisten menjawab setiap pertanyaan penting dalam cara yang secara etis bertanggung jawab, dan akibatnya saran mereka masih diragukan dan keputusan yang mereka buat bisa menjadi sasaran kritikan atau lebih buruk lagi. Misalnya, sebuah pemahaman peranan yang jelas sangat penting dalam menanggapi secara tepat pertanyaan mengenai transaksi etis yang dihadapi dan layanan tepat yang akan ditawarkan, seperti:
 Siapa sebenarnya klien kita – Perusahaan, manajemen, pemegang saham terakhir, calon pemegang saham, publik?
 Dalam kejadian yang saya harus memutuskan dengan hasil-hasil yang etis, apakah saya harus memberikan loyalitas utama saya pada majikan saya, klien saya, pemimpin saya, profesi saya, publik, atau diri saya sendiri?
 Apakah saya seorang akuntan profesional yang terikat oleh standar-standar profesional, atau hanya seorang karyawan?
 Apakah akuntansi profesional merupakan profesi atau sebuah bisnis? Ataukah bisa keduanya?
 Kapan saya harus tidak menawarkan sebuah layanan?
 Bisakah saya melayani dua klien dengan kepentingan saling bertentangan pada saat bersamaan?
 Apakah ada alasan ketika melanggar panduan profesi dengan membocorkan rahasia dilakukan?
☺ EKSPEKTASI PUBLIK UNTUK SEMUA PROFESIONAL
Hanya ada sedikit keraguan bahwa publik memiliki ekspektasi yang beragam mengenai perilaku setiap anggota profesi, seperti dokter atau pengacara, daripada untuk non-profesional, seperti tenaga penjual atau manajer personil. Kenapa bisa seperti ini? Jawabannya sepertinya sejalan dengan kenyataan bahwa seorang profesional seringkali bekerja dengan nilai-nilai dimana kepercayaan mengenai seberapa kompeten mereka akan bekerja atau seberapa bertanggung jawab mereka terhadap diri sendiri sangat penting. Pada akhirnya, perhatian publik kepada profesi tertentu akan menentukan hak yang akan dinikmatinya: dalam bekerja, sering dengan monopoli pada layanan yang ditawarkan; mengendalikan entry kepada profesi; memperoleh penerimaan relatif tinggi; dan terhadap pengaturan-diri atau untuk dinilai oleh rekan seseorang daripada oleh pegawai pemerintah. Jika sebuah profesi kehilangan kredibilitasnya di mata publik, akibatnya bisa sangat parah, dan tidak hanya bagi profesional terkait tersebut.
Apa yang membentuk sebuah profesi? Dalam analisis final, profesi merupakan gabungan fitur, tugas, dan hak yang kesemuanya itu dipadukan dalam sekumpulan nilai umum profesional – nilai-nilai yang menentukan bagaimana keputusan dibuat dan mengambil keputusan.
Gagasan Bayles (1981) dan Behrman (1988) sangat berguna dalam memfokuskan pada fitur-fitur penting. Profesi dibentuk terutama untuk melayani publik. Layanan yang diberikan kepada publik begitu penting sehingga dibutuhkan keahlian tingkat tinggi, yang pada gilirannya membutuhkan program pendidikan yang memfokuskan terutama pada kemampuan intelektual daripada kemampuan mekanis atau pelatihan yang lainnya. Profesi yang paling sering diperhatikan biasanya diberi izin untuk bekerja pada publik dengan tingkat otonomi sangat tinggi mulai dari “pita merah” pemerintah atau regulasi lainnya yang ditunjukkan lewat tingkat kontrol yang digunakan oleh oleh profesi-profesi pada bidang pendidikan, pembuat-standar, kedisiplinan, dan program lisensi.
Sangat penting diperhatikan arti penting otonomi bagi sebuah profesi. Otonomi, atau kebebasan dari regulasi pemerintah dan regulator, memungkinkan anggota sebuah profesi dinilai oleh rekannya sendiri yang obyektif dan diinformasikan daripada oleh regulator yang diangkat secara politis, dan diberi sanksi yang harus diberikan tanpa harus menarik perhatian publik. Hal ini memungkinkan sebuah profesi untuk mengatur urusannya sendiri secara efisien dan berhati-hati, sehingga publik terkesan bahwa profesi tersebut sangat bertanggung jawab dan mampu melaksanakan tugasnya kepada anggota masyarakat dengan tepat. Tetapi, jika publik mulai merasa bahwa proses ini tidak obyektif atau tidak jujur, atau bahwa kepentingan mereka tidak dilindungi, maka pemerintah akan ikut campur untuk menjamin adanya perlindungan tersebut. Di sini, saat berhubungan dengan klien, pemeliharaan kredibilitas profesi tersebut sangat penting.
Kurangnya kredibilitas karena skandal keuangan belakangan ini merupakan sebab diperkenalkannya Dewan Pengawasan Akuntansi Publik (PAOB) oleh SEC dan Institut Akuntan Kontrak Kanada (CICA). PAOB A.S. mengawasi akuntan profesional yang mampu bekerja sesuai dengan SEC pada perusahaan besar yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek A.S. – yang berarti bahwa pengawasannya ini akan mempengaruhi praktek perusahaan akuntansi profesional yang besar di seluruh dunia.
Layanan yang diberikan oleh sebuah profesi begitu penting bagi masyarakat sehingga masyarakat pun bisa membalasnya dengan memberi hak yang sebelumnya telah dijelaskan kepada profesi tersebut, tetapi masyarakat juga terus mengawasi apakah tugas-tugas terkait yang diharapkan dari sebuah profesi benar-benar dilaksanakan dengan baik. Secara umum, tugas yang diharapkan dari sebuah profesi adalah pemeliharaan:
 Kompetensi di bidang keahlian
 Obyektivitas dalam penawaran layanan
 Integritas saat berhubungan dengan klien
 Kerahasiaan terkait dengan urusan klien
 Disiplin atas semua anggota yang tidak melakukan tugas-tugas tersebut sesuai dengan standar yang diharapkan.
Tugas-tugas ini sangat penting bagi kualitas layanan yang ditawarkan, sebuah syarat yang semakin signifikan karena adanya hubungan timbal balik yang dimiliki seorang profesional dengan kliennya. Hubungan timbal balik ada ketika layanan yang diberikan sangat penting bagi klien, dan dimana terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat keahlian di antara seorang profesional dan klien sedemikian rupa sehingga klien harus percaya atau benar-benar bergantung pada penilaian dan keahlian dari seorang profesional tersebut. Pemeliharaan kepercayaan yang menyertai hubungan timbal balik sangat penting bagi peranan seorang profesional – begitu fundamentalnya sehingga seorang profesional secara tradisional diharapkan mengorbankan dirinya sendiri jika kesejahteraan klien mereka atau publik sedang terancam.
Di masa lalu, beberapa orang telah berpendapat bahwa untuk menjadi seorang profesional sebenarnya, maka seseorang harus menawarkan layanan kepada publik – yaitu seseorang yang bertindak sebagai karyawan dalam sebuah perusahaan tidak berkualifikasi, dan bisa dikecualikan dari keharusan mengikuti kode etik profesi yang diterapkan. Diduga kebutuhan melayani sang majikan harusnya menjadi dominan. Sayangnya, kegagalan dari perspektif sempit ini terungkap dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan rubuhnya bangunan dan gedung karena konstruksi murahan, dan seperti halnya Enron, pelaporan hasil keuangan sangat menguntungkan manajemen yang ada dan bukannya pemegang saham yang telah ada dan calon pemegang saham. Dalam kedua contoh tersebut, profesi-profesi yang terlibat – akuntansi dan perencanaan – kehilangan kredibilitas di mata publik. Akibatnya, sebelum kasus Enron, beberapa profesi akuntansi dan perencanaan memutuskan menyatakan tanggung jawab mereka secara eksplisit kepada publik di dalam aturan main.
Senat A.S., SOX, dan SEC telah menjelaskan bahwa layanan bagi kepentingan publik di atas segalanya. Konsep agensi yang loyal bagi seorang majikan telah dibantah oleh para filsuf, dan jelas tidak sesuai dengan ekspektasi publik saat ini. Syarat sebuah hubungan timbal balik – keharusan percaya atau bergantung pada penilaian dan keahlian seorang profesional – sama-sama bisa diterapkan bagi profesional yang melayani di dalam sebuah perusahaan seperti halnya seorang karyawan terkait dengan mereka yang menawarkan layanan secara langsung kepada publik. Publik memandang ketentuan pelayanan di dalam perusahaan bersifat tidak langsung bagi keuntungan publik di setiap hal.
Dalam usaha mendukung gabungan tugas, fitur, dan hak, sangat penting bagi profesi yang dibutuhkan mengembangkan sekumpulan nilai atau prinsip fundamental untuk memandu para anggotanya, dan bahwa setiap profesional harus memiliki nilai-nilai personal yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Biasanya, nilai personal yang diinginkan meliputi kejujuran, integritas, obyektivitas, kehati-hatian, keberanian memperoleh kepastian, dan kekuatan karakter, untuk bisa menghindari hanya melayani diri sendiri atau yang lainnya daripada klien. Tanpa ada nilai-nilai ini, kepercayaan yang penting yang dibutuhkan untuk mendukung hubungan timbal balik ini tidak bisa dipertahankan, sehingga diperlukan usaha-usaha dari profesi tersebut untuk memastikan apakah nilai-nilai tersebut telah dimiliki oleh calon profesi tersebut dan oleh anggotanya. Penyeleksian biasanya dilakukan selama masa-masa pra-kualifikasi atau percobaan, serta oleh komite disiplin profesi tersebut. Kegiatan kriminal biasanya dipertimbangkan sehingga bisa mengakibatkan pengeluaran, dan kegagalan mematuhi standar profesi yang tertuang dalam aturan main, bisa berakibat pada penilaian korektif, denda, penundaan hak, atau pengeluaran.
☺ EKSPEKTASI PUBLIK SEORANG AKUNTAN PROFESIONAL
Seorang akuntan profesional, apakah terlibat dalam audit atau manajemen, atau sebagai seorang karyawan atau seorang konsultan, diharapkan bisa menjadi baik akuntan maupun seorang profesional. Hal ini berarti bahwa akuntan profesional diharapkan memiliki keahlian teknik khusus terkait dengan akuntansi dan harus lebih tinggi daripada pemahaman orang awam mengenai bidang terkait seperti kontrol manajemen, pengenaan pajak, atau sistem informasi. Selain itu, dia diharapkan berpegang teguh pada tugas umum profesional dan nilai-nilai yang sebelumnya dijelaskan, dan berpegang teguh pada standar spesifik yang ditetapkan oleh badan profesional yang dia termasuk di dalamnya. Kadangkala penyimpangan dari norma yang diharapkan ini semua bisa mengakibatkan berkurangnya kredibilitas untuk atau kepercayaan di dalam profesi tersebut secara keseluruhan. Sebagai contohnya, ketika seseorang atau sebuah profesi menempatkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan klien atau publik, maka hal itu bisa berakibat kurangnya kepercayaan sehingga bisa mendorong terjadinya penyelidikan atas profesi tersebut secara umum. Tidak mengejutkan kalau akuntansi profesional bisa menyesuaikan dengan baik dengan gabungan fitur, tugas, dan hak-hak dalam kerangkakerja nilai seperti yang sebelumnya dijelaskan bagi profesi secara umum.
☺ DOMINANSI NILAI-NILAI ETIS DARIPADA TEKNIK AUDIT ATAU AKUNTANSI
Banyak akuntan, dan sebagian besar non-akuntan, meyakini pendapat bahwa penguasaan teknik audit dan/atau akuntansi merupakan keharusan dan kewajiban dari profesi akuntansi. Tetapi hanya relatif sedikit skandal yang benar-benar disebabkan oleh kesalahan metodologis dalam penerapan teknik tersebut – sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam penilaian mengenai penggunaan teknik yang sesuai atau pelaporan yang terkait dengannya. Beberapa dari kesalahan dalam penilaian berasal dari kekeliruan masalah disebabkan oleh kerumitannya, sementara yang lainnya disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap nilai-nilai etis seperti kejujuran, integritas, obyektivitas, kepedulian yang terus-menerus, kerahasiaan, dan komitmen terhadap kepentingan yang lainnya di atas kepentingan sendiri.
Contoh dari terlalu percayanya pada kemudahan teknis daripada penggunaan nilai-nilai etis atau penilaian yang tepat sangat banyak. Sebagai contohnya, penerapan akuntansi yang secara konseptual brilian akan kekurangan kemanfaatannya jika terbiaskan atau mengalami kecondongan. Tekanan terhadap pelaporan yang tepat dari rekening non-kolektibel atau penerimaan yang diterima sebelum terjadi kebangkrutan sering bukanlah kompetensi yang diragukan, tetapi jika seseorang salah menempatkan loyalitasnya kepada manajemen, klien, atau dirinya sendiri, daripada kepada publik yang mungkin berinvestasi di bank atau perusahaan pinjaman dan simpanan.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa kadangkala masalah pelaporan begitu kompleks atau transaksinya begitu sulit sehingga tekanan terhadap pelaporan terlihat merupakan interpretasi yang beralasan pada saat dibuat keputusan. Sebagai contohnya, akuntan seringkali berhadapan dengan keputusan mengenai keputusan kapan dan seberapa banyak yang harus dilaporkan mengenai kondisi keuangan perusahaan yang jelek. Mungkin saja perusahaan bisa mengatasi masalah ini jika tersedia waktu yang mencukupi, tetapi untuk melaporkan kelemahan mungkin bisa memicu kebangkrutan.
Terutama dalam situasi ketidakpastian, akuntan harus berhati-hati bahwa keputusan mereka tidak boleh ternoda karena gagal mengamati nilai-nilai etika yang tepat. Setidaknya, nilai-nilai etika harus dipertimbangkan secara seimbang dengan kompetensi teknis. Tetapi, batas dominansinya mungkin karena nilai-nilai etika yang mendasar, yang ketika seorang profesional menemukan masalah yang melampaui kompetensinya, maka nilai-nilai etika-lah yang akan mendorong profesional mengakuinya dan melaporkan fakta tersebut. Tanpa nilai-nilai etis, keperyaan yang penting bagi hubungan timbal balik tidak bisa dipertahankan, dan hak yang akan diberikan kepada profesi akuntansi akan dibatasi, sehingga mengurangi keefektifan yang bisa dihasilkan profesi independen ke masyarakat.
Dari waktu ke waktu, anggota-anggota dari profesi lainnya telah membuat kekeliruan dalam bertindak karena secara teknis dimungkinkan tanpa memperhatikan akibat etis. Kloning genetika mungkin merupakan salah satu contohnya, yang sering disebut sebagai arti penting teknologi – yang artinya adalah jika sesuatu bisa dilakukan, maka harusnya dilakukan. Ketika hal ini muncul dalam akuntansi, hal tersebut biasanya terjadi karena standar akuntansi yang ada tidak melarang praktek tersebut, sehingga dianggap boleh dilakukan. Tetapi, ada banyak contoh praktek tersebut, seperti pengelompokkan kepentingan atau perundingan ulang pinjaman gadaian jatuh tempo yang kemudian dilaporkan sebagai transaksi baru-terjadi, dan hanya bisa dibatasi, dibalik, atau diubah ketika diketahui tidak memuaskan kepentingan publik secara adil dan obyektif – dengan kata lain, pertimbangan etis-lah yang dominan. Apakah kepentingan profesi terlayani dengan baik dengan menggunakan metode teknis tanpa menelusuri secara keseluruhan potensi akibatnya masih menjadi pertanyaan yang harus diuji. Mungkin, masalah yang berkait dengan konsolidasi merger pengelompokkan-kepentingan atau entitas tujuan khusus dari Enron harusnya bisa diperkirakan dan menjadi penghambat yang bisa direncanakan jika “seleksi etis” secara lebih eksplisit diterapkan.
☺ PRIORITAS TUGAS, LOYALITAS, DAN KEPERCAYAAN DALAM SEBUAH HUBUNGAN TIMBAL BALIK
Siapa yang harusnya menjadi klien sebenarnya dari seorang akuntan profesional? Karena tugas utama seorang akuntan profesional adalah memberikan layanan penting bagi masyarakat, kinerja dari layanan tersebut sering melibatkan pilihan yang menguntungkan salah satu dari pihak-pihak berikut ini dengan mengorbankan yang lainnya: orang yang membayarkan gaji/upah, pemegang saham saat ini/pemilik perusahaan; calon pemegang saham potensial/pemilik, dan stakeholder lainnya, termasuk karyawan, pemerintah, dan pihak yang meminjamkan. Sebuah keputusan akan memiliki dampak yang berbeda-beda dalam jangka pendek dan jangka panjang, bergantung pada kepentingan dan situasi setiap stakeholder, dan tiap-tiap tersebut harus diuji secara hati-hati sehingga bisa diantisipasi dampak yang signifikan.
Seorang akuntan profesional diberikan hak untuk memberikan pelayanan publik yang penting kepada masyarakat karena dia harus mempertahankan kepercayaan yang terdapat dalam tugas pelayanan publik tersebut. Akuntan profesional tidak hanya harus memiliki keahlian, tetapi dia juga harus menerapkan keahlian tersebut dengan keberanian, kejujuran, integritas, obyektivitas, kepedulian yang terus-menerus, kompetensi, kerahasiaan, dan penghindaran dari kekeliruan dalam usaha memastikan mereka yang bergantung pada keahlian tersebut bisa mempercayai bahwa kepentingan mereka ditangani dengan baik.
Tetapi, sejarah telah menunjukkan bahwa nilai-nilai ini, karakteristik, dan prinsip-prinsip belumlah cukup, untuk memastikan prediktabilitas dan praktek terbaik dalam pemilihan tindakan akuntansi atau pendekatan audit. Oleh karena itu, dalam usaha menyempitkan kisaran pilihan yang bisa diterima mengenai tindakan-tindakan akuntansi atau praktek audit, akuntan profesional diharapkan bisa mematuhi Prinsip Akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) dan standar audit yang diterima secara umum (GAAS). Standar dan prinsip yang secara umum diterima ini dibuat sedemikian rupa sehingga pilihan yang ditentukan berdasarkan prinsip dan standar tersebut bisa adil bagi beragam pengguna hasil audit dan laporan keuangan (yaitu adil terhadap kepentingan publik). Hal ini berarti bahwa laporan keuangan teraudit dimaksudkan agar bisa adil disajikan dari perspektif semua pihak, yaitu pemegang saham yang ada, calon pemegang saham, peminjam, manajemen, pemerintah, dan seterusnya. Jika laporan keuangan teraudit terbiaskan untuk menguntungkan salah satu kelompok pengguna atas kelompok lainnya, kepercayaan yang sangat penting dalam hubungan pelayanan publik akan rusak. Akuntan profesional yang terlibat tidak akan mementingkan dirinya sendiri, dan menghancurkan temannya sendiri, yang bisa mempengaruhi reputasi dan kredibilitas profesi tersebut.
Keharusan mengikuti nilai-nilai etis yang sebelumnya telah disebutkan dan pada GAAP sama pentingnya bagi akuntan profesional yang bekerja di manajemen, sebagai karyawan, atau sebagai konsultan yang melayani mereka yang membuat laporan keuangan audit. Perbedaan antara manipulator angka terlatih dengan akuntan profesional adalah bahwa seorang pengguna bisa bergantung pada atau memiliki kepercayaan dalam integritas kerja profesional. Setiap keterlibatan dengan kekeliruan atau laporan terbiaskan atau aktivitas tak-etis akan merusak kepercayaan yang dibutuhkan dalam hubungan pelayanan publik profesional, dan akan menghancurkan anggota lainnnya dari profesi tersebut.
Jika seseorang ingin menjadi seorang akuntan profesional, dia harus mau selalu bertindak dengan integritas. Dia tidak boleh terlibat dalam kekeliruan atau hal-hal ilegal karena adanya loyalitas salah-arah kepada seorang majikan atau klien. Loyalitas harus menjadi perhatian utama yang diarahkan pada pelayanan kepentingan publik, dan kemudian pada profesi akuntansi lewat pemahaman terhadap prinsip-prinsip yang telah disebutkan dalam aturan main dan standarnya.
Auditor secara khusus diangkat oleh pemegang saham atau pemilik sebagai agen mereka untuk menguji aktivitas perusahaan dan melaporkan berdasar pada akurasi sistem keuangan, dan kelayakan laporan tahunan. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan pemegang saham/pemilik dari sejumlah masalah, termasuk aturan manajemen yang tidak jujur. Laporan keuangan teraudit digunakan dan disandarkan oleh baik pemegang saham yang ada dan calon pemegang saham maupun kreditor, serta oleh pemerintah dan yang lainnya. Penyandaran ini sangat penting bagi operasional perusahaan yang efektif di masa mendatang secara umum. Pilihan tindakan akuntansi atau pelaporan yang meningkatkan penerimaan terakhir dengan mengorbankan penerimaan di masa mendatang bisa merusak kepercayaan yang dibutuhkan untuk pembentukan hubungan pelayanan publik dengan masyarakat – sebuah hasil yang bisa mendorong terjadinya kekeliruan dan hilangnya reputasi auditor dan profesi secara keseluruhan. Pilihan Enron memicu terjadinya reaksi tersebut. Demikian pula, loyalitas auditor kepada publik harus tidak boleh kurang daripada loyalitas kepada pemilik/pemegang saham yang ada, dan tidak boleh ditujukan semata-mata kepada manajemen perusahaan.
Dalam hal akuntan yang dipekerjakan oleh perusahaan atau oleh perusahaan audit, tidak terdapat tugas kontrak atau tugas legal bagi publik atau pemegang saham. Tetapi, dalam melakukan tugas mereka kepada majikan, akuntan profesional diharapkan menerapkan nilai-nilai kejujuran, integritas, obyektivitas dan kepedulian. Nilai-nilai mencegah akuntan profesional dari terkait dengan kekeliruan, sehingga tindakan tidak tepat dari seorang majikan harus membuat akuntan profesional mempertimbangkan tanggung jawab mereka kepada stakeholder, termasuk mereka yang akan dirugikan oleh tindakan tersebut, dan kolega profesional mereka yang reputasinya akan tercemari karena keterlibatan tersebut. Dari perspektif ini, tugas utama karyawan akuntan profesional adalah memastikan akurasi dan reliabilitas pekerjaan mereka demi keuntungan pengguna akhir – publik. Tidak mengejutkan bahwa aturan main profesional mengharuskan bersih dari kekeliruan dan informasi yang menyesatkan. Sayangnya, beberapa aturan belakangan ini diterapkan dengan diam-diam dan penuh rahasia, sehingga membuat para stakeholder yang tidak curiga menuju kehancuran. Logika akan menunjukkan bahwa pemeliharaan kepercayaan yang dibutuhkan dalam hubungan pelayanan publik tertentu didasarkan pada rasaya percaya yang meluas di antara publik dengan profesi tersebut secara keseluruhan, sehingga dalam jangka panjang aturan tersebut bisa diubah untuk melindungi publik secara keseluruhan daripada stakeholder tertentu.
Singkatnya, jika kepentingan publik bukan merupakan motivator utama dari tindakan yang dilakukan oleh baik akuntan profesional dalam praktek di masyarakat maupun mereka yang merupakan karyawan, dan aturan main profesional sepertinya membolehkannya, kepercayaan di dan dukungan untuk profesi tersebut akan terkikis. perubahan. Kurangnya kredibilitas yang dipercepat oleh bencana Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom menghasilkan reformasi SOX yang membuat regulasi baru dan rededikasi kepada profesi akuntansi.
Kadangkala klien atau majikan sering keliru berpikir bahwa akuntan profesional memiliki kontrak langsung atau tersirat dengan mereka, dan harus bertindak hanya menurut kepentingan klien atau majikan yang terbaik. Tetapi penting diperhatikan bahwa kontrak tersebut merupakan sesuatu yang bagi profesional harus bisa memahami untuk menjawabnya menurut kode etik profesinya – jadi tidak beralasan untuk menduga adanya loyalitas absolut bagi klien atau majikan daripada ke profesi dan pada akhirnya ke publik. Di sisi lain, sangat beralasan bagi klien/majikan untuk menduga bahwa akuntan profesional akan menempatkan kepentingan mereka di atas kepentingan diri sendiri seorang profesional tersebut. Jika memang seperti ini maka akan memperlemah kepercayaan yang dibutuhkan untuk pembentukan hubungan pelayanan publik yang berhasil. Keyakinan-diri yang legitimate mengenai masalah bisnis tidak bisa berbagi dengan kekhawatiran bahwa kepentingan klien/majikan akan berkurang atau dihalangi oleh pengumuman ke publik yang prematur, atau penyalahgunaan demi keuntungan pribadi, sehingga akuntan profesional tidak bisa bekerja secara efektif atau tidak bisa menangani masalah sensitif. Akibatnya, lingkup sebuah audit bisa menjadi terbatas, yang bisa merugikan auditor, profesi, dan publik. Untuk mencegah pengumuman mengenai keyakinan-diri klien/majikan, sebagian besar aturan main mengharuskan keyakinan-diri tidak boleh diungkapkan, kecuali dalam sidang pengadilan, atau ketika dibutuhkan oleh proses disiplin profesi tersebut.
Dalam analisis final, seorang akuntan profesional yang menghadapi pilihan sulit harus memilihnya sehingga bisa mempertahankan kepercayaan yang menyertai dalam hubungan pelayanan publik: pertama dengan publik, kemudian dengan profesi, kemudian dengan klien/majikan, dan terakhir dengan profesional individual. Tindakan mengutamakan kepentingan klien/majikan sah jika kepentingan tersebut dilangkahi oleh kepentingan publik dan profesi dalam keadaan dimana tindakan yang diajukan tidak berada di dalam kepentingan publik atau kepentingan profesi. Entah secara legal atau secara etis. Setiap keraguan mengenai keutamaan kepentingan publik harus dihilangkan dengan mengingat kembali sebuah perusahaan kuat, diakui, dan sangat kuat bernama Arthur Andersen lenyap hanya dalam setahun karena ditemukan menyalahgunakan kepercayaan publik di Enron.
☺ NILAI PENTING YANG DITAMBAHKAN OLEH AKUNTAN PROFESIONAL
Penilaian seorang akuntan profesional mengenai layanan apa yang ditawarkan dan bagaimana melakukannya harus didasarkan sebagiannya pada pemahaman mengenai nilai penting yang ditambahkan oleh akuntan profesional. Kredibilitas adalah nilai penting yang ditambahkan oleh akuntan profesional dalam layanan kepastian yang lebih baru serta yang tradisional. Hal ini menjadi lebih jelas terlihat pada proses pembentukan visi belakangan ini.
Kompetensi tentu saja merupakan faktor penting, dan kompetensi tingkat tinggi bisa dan memberikan keuntungan kompetitif. tetapi, kompetensi tingkat tinggi bisa diperoleh oleh non-profesional, sehingga dengan sendirinya bukan merupakan nilai penting yang ditambahkan oleh akuntan profesional. Kredibilitas kepada klien/majikan dan publik secara keseluruhan, bergantung pada reputasi profesi secara keseluruhan, dan reputasi berasal dari nilai profesional profesi tersebut dan ekspektasi yang dibuat oleh seseorang yang ingin dilayani. Secara khusus, nilai penting yang ditambahkan oleh akuntan profesional terletak pada ekspektasi bahwa apapun layanan yang ditawarkan akan didasarkan pada integritas dan obyektivitas, dan nilai-nilai ini, selain standar minimum kompetensi dipastikan, menyertakan kredibilitas dan kepastian pada pelaporan dan aktivitas.
☺ STANDAR YANG DIHARAPKAN UNTUK PERILAKU
Publik dan terutama klien mengharapkan akuntan profesional akan melakukan tugas pelayanan publiknya dengan kompetensi, integritas, dan obyektivitas. Integritas sangat penting karena memastikan bahwa apapun layanan tersebut, harus dilakukan dengan jujur dan menyeluruh. Tidak ada perincian yang disembunyikan, dikurangi, atau dibuat keliru, yang bisa menutupi kebenaran, jika tidak akan dilakukan analisis yang bisa menyesatkan pengguna. Kejujuran atau akurasi atau keterusterangan, disiratkan dalam seluruh aspek pengumpulan, penilaian, pelaporan, dan interpretasi data. Demikian juga obyektivitas yang menyiratkan bebas dari bias dalam pemilihan dasar penilaian dan pelaporan, sehingga tidak menyesatkan mereka yang dilayani. Obyektivitas tidak bisa dipertahankan kecuali akuntan profesional berpikiran-independen¸atau bebas dari pengaruh stakeholder manapun. Independensi merupakan masalah yang cukup sering dibahas dalam pembahasan mengenai konflik kepentingan.
Integritas, kejujuran, dan obyektivitas sangat penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan publik yang tepat. Bersama dengan kompetensi, mereka merupakan nilai penting yang ditambahkan oleh pemilik profesi sehingga harus dilindungi untuk menjamin kelangsungannya di masa mendatang. Oleh karena perusahaan akuntansi profesional bersusah-payah menyelidiki dan mendisiplinkan anggotanya yang pelaksanaan tugasnya masih meragukan terkait dengan nilai-nilai penting ini.
☺ STANDAR DAN PRINSIP FUNDAMENTAL
Pemeliharan reputasi yang bagus dari sebuah profesi sangat penting bagi kemampuan profesi untuk tetap bisa menikmati hak dan keistimewaannya, termasuk otonomi dalam mendisiplinkan anggotanya, pembentukan standar akuntansi, dan pengakuan dari publik dan pemerintah bahwa organisasi profesional yang baru tidak perlu dibuat untuk melayani kepentingan publik secara lebih efektif. Frase sepanjang waktu sangat signifikan karena publik akan menilai jelek setiap kekeliruan serius dari akuntan profesional, termasuk mereka yang diluar aktivitas profesional atau bisnis, dan juga terhadap profesi tersebut secara keseluruhan. Oleh karena itu, jika seorang akuntan profesional dinyatakan terlibat dalam tindak kriminal atau pelanggaran, maka sertifikatnya juga biasanya dicabut.
Pemeliharaan standar kepedulian juga sangat penting untuk layanan yang sesuai bagi kepentingan publik dan klien. Integritas, obyektivitas, dan kejujurani, dalam pembuatan laporan, pilihan sistem akuntansi, dan penafsiran data akuntansi akan menjamin bahwa klien dan publik tidak akan disesatkan. Kadangkala opini atau laporan bisa kekurangan integritas jika profesional yang terlibat di dalamnya tidak bisa mempertahankan independensi dari seseorang yang kemungkinan mencari untung atau akan dirugikan oleh laporan tersebut, dan ini menyebabkan profesional melakukan bias dalam laporan, keputusan, atau interpretasi untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Terjadinya bias sangat sulit dihindari, sehingga para profesional seringkali diingatkan untuk menghindari setiap situasi atau hubungan yang bisa mendorong terjadinya persepsi bias. Inilah kenapa, meskipun di masa lalu para profesional telah berhasil bertindak sebagai pemelihara pembukuan, auditor, pemegang saham, direktur, sebuah perusahaan, aturan main modern saat ini sangat menentang situasi yang melibatkan terjadinya konflik kepentingan yang jelas. Kemungkinan seorang auditor menyimpangkan laporan demi kepentingannya sendiri, atau demi rekannya sesama pemegang saham, dinilai bisa mendorong terjadinya konflik tersebut. Alasan yang sama telah mendorong ditetapkannya pemisahan tugas di dalam sebuah perusahaan dan, kapanpun memungkinkan, di antara fungsi audit dengan pemeliharan pembukuan. Sederhananya, dari sudut pandang profesional, kenapa harus meninggalkan kue yang masih hangat, jika hal tersebut bisa mendorong seseorang untuk mencurinya? Sangat menarik menduga-duga siapa yang harus lebih dipersalahkan; orang yang meninggalkan kue tersebut atau orang yang memanfaatkan keadaan tersebut.
Sangat tidak mungkin bagi seorang akuntan profesional untuk menawarkan layanan pada tingkat seorang klien atau majikan memiliki hak ekspektasi ketika profesional tersebut tidak bisa mempertahankan kompetensinya terkait dengan standar terbaru mengenai pelaporan, tindakan akuntansi, dan praktek bisnis. Tetapi, melampaui pemahaman dan pengembangan fasilitas yang sesuai dengan standar terbaru, seorang akuntan profesional harus bersikap dengan kepedulian yang terus-menerus.
Pelaksanaan kepedulian yang terus-menerus melibatkan pemahaman mengenai tingkat dan batas yang sesuai mengenai kepedulian yang diharapkan dari seorang akuntan profesional dalam keadaan berbeda-beda. Sebagai contohnya, seorang akuntan profesional tidak diharapkan serba-tahu dan serba-melihat terkait dengan kejadian pelanggaran yang dialami seorang klien atau majikan. Tetapi, jika seorang profesional menyadari hal tersebut (dan terdapat ekspektasi baru bagi para auditor di A.S. untuk menyelidiki pelanggaran), maka terdapat ekspektasi untuk menanggapinya dan pelaporan bahwa hal itu harus diselidiki. Demikian pula prosedur audit tidak secara spesifik mencakup 100 persen semua transaksi perusahaan; sampling penilaian dan sampling statistik mungkin bisa digunakan untuk mengurangi cakupan spesifik hingga pada tingkat yang dianggap sesuai menurut penilaian profesional. Tingkat tersebut ditentukan berdasar pada apa yang dianggap profesional lainnya terkait dengan penyediaan bukti yang memadai untuk pembuatan sebuah opini yang didasarkan pada kepedulian yang terus-menerus. Dalam sidang pengadilan, saksi ahli akan dipanggil untuk bersaksi terkait dengan pada tingkat apa penilaian yang dibuat mewakili kepedulian yang terus-menerus.
Kerahasiaan sangat penting dalam hubungan pelayanan publik dari beberapa perspektif. Pertama, hubungan semacam itu sangat penting bagi kesejahteraan klien atau majikan. Hubungan tersebut biasanya melibatkan informasi personal, atau informasi yang penting bagi aktivitas perusahaan dan yang kemungkinan bisa mengakibatkan hilangnya privasi atau keuntungan kompetitif, jika hal tersebut diungkapkan kepada individual tertentu atau publik. Saran mengenai transaksi bisnis, bisa digunakan dalam tawar-menawar, jika diketahui oleh pihak lain untuk transaksi tersebut. Yang kedua, hal tersebut tidak melampaui area kemungkinan bahwa informasi semacam itu bisa digunakan untuk tujuan pribadi profesional demi keuntungannya sendiri atau memperoleh keuntungan lainnya. Terakhir, jika dicurigai bahwa akuntan profesional tidak bisa merahasiakan informasi klien atau majikan, maka bisa jadi informasi tersebut akan tersebar luas. Hal ini akan merusak audit dan layanan lainnya, yang bisa mengakibatkan terjadinya sub-standar dan berpotensi menyesatkan opini dan laporan.
Tetapi, merahasiakan informasi seharusnya tidak mendorong terjadinya perilaku ilegal. Sebagai contohnya, aturan main biasanya merinci bahwa seorang akuntan profesional tidak boleh terlibat dalam kekeliruan apapun. Jika seorang profesional tidak bisa melakukan revisi secara persuasif, maka profesional tersebut diharuskan lewat aturannya untuk menarik diri dari kekeliruan tersebut dengan membuat pernyataan. Akuntan profesional biasanya juga dilarang mengungkapkan terjadinya kekeliruan, kecuali dalam sesi dengar pendapat atau kesaksian di pengadilan. Bahwa pernyataan ini dan perahasiaan kekeliruan tidak menguntungkan publik, maka profesi, atau seorang profesional harus dirombak ulang aturan profesionalnya.
KESIMPULAN
Kejadian terakhir seperti bencana Enron, Arthur Andersen,WorldCom telah mere-dedikasi fokus akuntan profesional pada peranan mereka yang diharapkan sebagai pelayan kepentingan publik. Reputasi dan masa depan dari profesi tersebut telah rusak, dan pengabdian ulang dan kesuksesannya bergantung pada rededikasi ini.
Akuntan profesional harus membuat penilaian dan nilai-nilai yang mencakup ekspektasi publik, yang menyertai munculnya akuntabilitas dan kerangkakerja pengelolaan berorientasi stakeholder. Standar dan seksi aturan main yang baru dimunculkan untuk memandu akuntan profesional dan memastikan tidak adanya kepentingan diri sendiri, bias, dan/atau salah paham dalam pemikiran independen profesional atau yang menunjukkan bahwa terdapat kekurangan independensi.
Globalisasi telah mulai mempengaruhi pembentukan aturan dan harmonisasi standar untuk akuntan profesional dan akan terus berlanjut. Ketika mekanisme pengelolaan untuk korporasi telah melampaui jurisdiksi domestik dan batas-batas negara, stakeholder di seluruh dunia akan menjadi penting dalam penentuan standar kinerja untuk akuntan profesional. Kerja mereka akan melayani pasar modal global dan korporasi global, dan keberhasilan mereka akan membutuhkan respek dari karyawan dan mitra yang berasal dari kumpulan yang lebih luas daripada di masa lalu.
Adanya kemampuan dan pengetahuan mereka, sangat menarik menanti apakah akuntan profesional bisa menangkap peluang untuk memperluas peranan mereka. Hal ini terutama sekali ditujukan untuk membantu pengembangan selanjutnya dari mekanisme itu semua yang akan memberikan dan memastikan panduan etis untuk perusahaan mereka. Mereka tahu bahwa aturan tidak bisa mencakup semua tantangan yang memungkinkan.


Source : http://praptapa.unsoed.net/?p=286

1 komentar:

  1. Saya pernah bekerja di bidang pelayanan pelanggan selama 7 tahun. Dalam pekerjaan terakhir, saya memimpin sebuah tim beranggotakan 8 orang. Saya memiliki kemampuan komunikasi dan hubungan antarpersonal yang luar biasa, dan itulah yang memungkinkan saya bekerja dengan orang banyak pada beragam tingkatan. Saya punya latar belakang bekerja di perusahaan besar maupun kecil. Keunggulan saya adalah kemampuan dalam mengorganisasi dan mengoordinasikan proyek untuk memastikan agar tenggat waktu terpenuhi

    BalasHapus